Agresi Militer Belanda II (bahasa Belanda: Operatie Kraai) | |||||||||
---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|
Bagian dari Revolusi Nasional Indonesia | |||||||||
![]() ![]() ![]() ![]() ![]() ![]() Dari atas, kiri ke kanan:
| |||||||||
| |||||||||
Pihak terlibat | |||||||||
![]() |
![]() | ||||||||
Tokoh dan pemimpin | |||||||||
![]() ![]() ![]() |
![]() ![]() | ||||||||
Pasukan | |||||||||
Kekuatan | |||||||||
|
| ||||||||
Korban | |||||||||
Tidak diketahui | Tidak diketahui |
Bagian dari seri mengenai |
---|
Sejarah Indonesia |
![]() |
Garis waktu |
![]() |
Agresi Militer Belanda II atau Operasi Gagak (bahasa Belanda: Operatie Kraai) adalah serangan militer Belanda terhadap Republik Indonesia pada bulan Desember 1948, menyusul gagalnya perundingan. Dengan keunggulan kejutan, Belanda berhasil merebut ibu kota sementara Republik Indonesia, Yogyakarta, dan menangkap para pemimpin Indonesia seperti Presiden de facto Republik Indonesia Soekarno. Keberhasilan militer yang nyata ini, bagaimanapun, diikuti oleh perang gerilya, sementara pelanggaran gencatan senjata Perjanjian Renville secara diplomatis mengisolasi Belanda. Hal ini berujung pada Konferensi Meja Bundar Belanda-Indonesia dan pengakuan atas Republik Indonesia Serikat.[3]
Disebut oleh Belanda sebagai politionele actie kedua, peristiwa ini lebih dikenal dalam buku-buku sejarah dan catatan militer Indonesia sebagai Agresi Militer Belanda II.[4]