![]() | Gaya atau nada penulisan artikel ini tidak mengikuti gaya dan nada penulisan ensiklopedis yang diberlakukan di Wikipedia. |
Andi Mappanyuki | |
---|---|
Sultan Ibrahim Matinroe Ri Gowa | |
![]() | |
Sultan Bone ke-32 | |
Berkuasa | 1931–1946 |
Penobatan | 12 April 1931 |
Pendahulu | La Pawawoi |
Pengganti | La Pabbenteng |
Pasangan | I Mane'ne Karaengta Balla Sari (Permaisuri)
I Batasai Daeng Taco Besse Bulo |
Anak Detail |
|
Ayah | I'Makkulau Daeng Serang Karaengta Lembang Parang Sultan Husain Tu Ilang ri Bundu’na |
Ibu | I Cella We'tenripadang Arung Alita |
Andi Mappanyukki | |
---|---|
Bupati Bone ke-4 | |
Masa jabatan 1957–1960 | |
Presiden | Soekarno |
Gubernur | Andi Pangerang Pettarani |
Wakil | Andi Patoppoi |
![]() Pendahulu Ma’mun Daeng Mattiro Pengganti Andi Suradi ![]() | |
Informasi pribadi | |
Lahir | ![]() |
Meninggal | 18 April 1967![]() |
![]() ![]() |
Andi Mappanyukki (lahir 1885 - meninggal 18 April 1967)[1] adalah salah tokoh pejuang dan seorang bangsawan di Sulawesi Selatan. Ia adalah Putra dari Raja Gowa ke XXXIV yaitu I'Makkulau Daeng Serang Karaengta Lembang Parang Sultan Husain Tu Ilang ri Bundu’na (Somba Ilang) dan I Cella We'tenripadang Arung Alita, putri tertua dari La Parenrengi Paduka Sri Sultan Ahmad, Arumpone Bone (Raja Bone). Ia pulalah yang memimpin raja raja di Sulawesi Selatan untuk bersatu dan bergabung dengan NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia) pada tahun 1950.
Pada masa jabatan Andi sebagai Raja Bone, banyak konflik yang terjadi dengan kolonial Belanda. Saat itu Belanda menawarkan kerjasama dengan Andi Mappanyukki akan tetapi Ia menolaknya sehingga membuat Andi Mappanyukki diturunkan jabatannya dari Raja Bone oleh kekuatan kekuasaan Belanda. Setelah itu, Ia diasingkan bersama istri Permaisurinya, I'Mane'ne Karaengta Ballasari dan juga bersama dengan anak-anaknya selama 3,5 tahun di Rantepao, Tana Toraja.
Kemudian, pada tanggal 21 Desember 1957, Andi Mappanyukki, yang saat itu masih bergelar Raja Bone, diangkat menjadi Kepala Daerah Bone atas usulan dari Panglima Daerah Militer Sulawesi Selatan.
Andi Mappanyukki wafat pada 18 April 1967, Andi menghembuskan nafas terakhirnya di Jongaya. Kemudian jenazahnya dikebumikan di pemakaman raja-raja Gowa atau Bone. Akan tetapi, oleh masyarakat dan pemerintah Republik Indonesia, Ia kemudian dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Makassar dan dengan upacara kenegaraan.
Atas integritasnya sebagai pejuang yang pantang menyerah kepada Belanda, Andi Mappanyukki dianugerahkan gelar sebagai Pahlawan Nasional berdasarkan Surat Keppres No. 089/TK/2004, pada 5 November 2004.