Artikel ini perlu diwikifikasi agar memenuhi standar kualitas Wikipedia. Anda dapat memberikan bantuan berupa penambahan pranala dalam, atau dengan merapikan tata letak dari artikel ini.
Untuk keterangan lebih lanjut, klik [tampil] di bagian kanan.
|
Anisakiasis adalah penyakit zoonosis yang dipicu oleh larva nematoda Anisakis (Anisakid), dimana sumber infeksi utama pada manusia terjadi saat larva stadium III (L3).[1] Cacing Anisakis memiliki bentuk tubuh memanjang yang dilengkapi dengan gigi (booring tooth) di bagian anterior dan mukron di bagian posterior.[2] Cacing ini memanfaatkan mamalia laut (singa laut, paus dan lumba-lumba), ikan atau invertebrata akuatik seperti cumi-cumi sebagai inang perantara.
“Spesies Anisakis spp. yang saat ini diketahui adalah A. pegreffii, A. physeteris, A. schupakovi, A. simplex, A. typica dan A. ziphidarum. Anisakis (Terranova) simplex, Pseudoterranova (Phocanema) decipiens, Contracaecum spp., dan Hysterothylacium (Thynnascaris) spp. merupakan beberapa jenis Anisakis spp. yang sering ditemukan dan dapat menginfeksi manusia”[3]
"Anisakis spp., Tipe I terdiri atas lima spesies (Anisakis simplex sensu strico, A. simplex C, A. typical, A. ziphidorum). Sedangkan Anisakis spp., Tipe II terdiri atas tiga spesies (A. physeteris, A. brevispiculata, dan A. paggiae). Perbedaan dari 2 tipe tersebut didasarkan pada ukuran ventrikulus dan keberadaan mukron pada ujung posterior. Anisakis Type I memiliki ventrikulus yang lebih panjang dan terdapat mukron pada ujung posterior. Sedangkan Anisakis Type II ventrikulus lebih pendek dan tidak memiliki mukron”[4]
Di Indonesia, spesies A. typica ditemukan pada Perairan Bali, Perairan Selat Makassar dan Perairan Laut Sawu.[5] Selain itu, ditemukan pula parasit anisakis pada ikan tongkol Auxis rochei dan ikan layang Decapterus russelli di Perairan Sulawesi Barat.[3]