Artikel ini adalah bagian dari seri: |
Topik Indo-Eropa |
---|
![]() |
Bagian dari seri |
Agama Hindu |
---|
![]() |
Bagian dari seri |
Zoroastrianisme |
---|
![]() |
Topik utama |
Malaikat dan iblis |
Kitab dan penyembahan |
|
Cerita dan legenda |
Sejarah dan kultur |
Penganut |
"Arya"[1] adalah sebutan yang diberikan kepada orang Indo-Iran.[catatan 1] Istilah ini digunakan oleh bangsa Indo-Arya pada periode Weda di India sebagai nama etnisnya sendiri dan kemudian merujuk pada status sosial dan wilayah geografis yang diberi nama Āryāvarta, tempat kebudayaan bangsa Indo-Arya berada (di daerah tersebut).[2][3] Orang bangsa Iran juga menggunakan nama Arya untuk menyebut dirinya sendiri dalam kitab-kitab suci Avesta, dan kata tersebut menjadi sumber etimologis nama Iran.[4][5][6][7] Pada abad ke-19, diyakini bahwa orang "ras Arya" sering digunakan untuk merujuk bangsa Proto-Indo-Eropa, tetapi teori tersebut kini ditinggalkan.[8] Sarjana kelak hanya dapat menunjukkan bahwa "Arya" berkait dengan agama, budaya, dan bahasa, bukan ras.[9][10][11]
Pada awalnya, istilah ini bermula dari misinterpretasi Regweda oleh sarjana Barat pada abad ke-19. Kala itu, kata "Arya" diadopsi sebagai ras melalui karya-karya Arthur de Gobineau, yang ideologinya berdasarkan pada orang berambut pirang Eropa Utara disebut sebagai "Arya", yang bermigrasi ke seluruh dunia dan mendirikan peradaban besar, sebelum terjadinya percampuran ras dengan populasi lokal. Melalui karya-karya Houston Stewart Chamberlain, ide-ide Gobineau kemudian mempengaruhi ideologi rasial Nazi yang menganggap "bangsa Arya" sebagai "ras unggul". [12]
Sejak saat itu, kekejaman ideologi rasial mendorong para akademisi menghindari istilah "Arya", sehingga diganti dengan "Indo-Iran".
Kesalahan pengutipan: Ditemukan tag <ref>
untuk kelompok bernama "catatan", tapi tidak ditemukan tag <references group="catatan"/>
yang berkaitan