Bharatayuddha | |||||
---|---|---|---|---|---|
Bagian dari Kakawin Bharatayuddha | |||||
![]() Pertarungan Karna (kiri) melawan Arjuna, suatu adegan dari Bharatayuddha, dalam bentuk lukisan kaca Cirebon. | |||||
| |||||
Pihak terlibat | |||||
Lima putra Pandu (Pandawa) dan sekutunya, dipimpin oleh Yudistira | Seratus putra Dretarastra (Korawa) dan sekutunya, dipimpin oleh Duryodana | ||||
Tokoh dan pemimpin | |||||
Yudistira Trustajumena (Drestadyumna) † Resi Seta (Sweta) † Gatotkaca † Arjuna Bima Nakula Sadewa Setyaki Abimanyu † Pancawala † |
Bisma † Durna (Drona) † Karna † Salya † Aswatama Dursasana † Duryodana † Sengkuni † Jayadrata † Wikarna † Krepa | ||||
Korban | |||||
Hampir semua prajurit. | Hampir semua prajurit (bergabung dengan Pandawa). |
Bharatayuddha (Dewanagari:भारतयुद्ध; Jawa: ꦨꦴꦫꦠꦪꦸꦢ꧀ꦝ; Bali: ᬪᬵᬭᬢᬬᬸᬤ᭄ᬟ; IAST: Bhāratayuddha) adalah istilah yang dipakai di Indonesia untuk menyebut kisah perang besar antara keluarga Pandawa melawan Korawa, tokoh utama wiracarita Mahabharata. Kata Bhāratayuddha adalah kata Sanskerta yang berarti "Perang keturunan Bharata". Perang ini merupakan klimaks dari kisah Mahabharata, yaitu sebuah wiracarita terkenal dari India yang telah diadaptasi di Jawa sebagai karya seni dalam bentuk kakawin dan wayang.
Istilah Bharatayuddha diambil dari judul sebuah naskah kakawin berbahasa Jawa Kuno yang ditulis pada tahun 1157 oleh Empu Sedah atas perintah Maharaja Jayabhaya, raja Kerajaan Kadiri. Sebenarnya kitab Bharatayuddha yang ditulis pada masa Kediri itu untuk simbolisme keadaan perang saudara antara Kerajaan Kediri dan Jenggala yang sama-sama keturunan Raja Erlangga. Keadaan perang saudara itu digambarkan seolah-olah seperti yang tertulis dalam Kitab Mahabarata karya Byasa, yaitu perang antara Pandawa dan Korawa yang sebenarnya juga keturunan Byasa sang penulis.
Kisah Kakawin Bharatayuddha kemudian diadaptasi ke dalam bahasa Jawa Baru dengan judul Serat Bratayuda oleh pujangga Yasadipura I pada zaman Kasunanan Surakarta.
Di Yogyakarta, cerita Bharatayuddha ditulis ulang dengan judul Serat Purwakandha pada masa pemerintahan Sri Sultan Hamengkubuwana V. Penulisannya dimulai pada 29 Oktober 1847 hingga 30 Juli 1848.