Pengarang | Kwee Tek Hoay |
---|---|
Perancang sampul | Tan Bellia (Cetakan ke-2) |
Negara | Hindia Belanda |
Bahasa | Melayu rendah |
Genre | Roman |
Penerbit | Panorama |
Tanggal terbit | 1927 |
Tgl. terbit (bhs. Inggris) | 2013 |
Halaman | 156 |
OCLC | 66055761 |
Boenga Roos Dari Tjikembang (EYD: Bunga Roos Dari Cikembang) adalah novel berbahasa Melayu rendah tahun 1927 yang ditulis oleh Kwee Tek Hoay. Buku tujuh belas bab ini menceritakan seorang manajer perkebunan bernama Oh Aij Tjeng (EYD: Oh Ay Cheng) yang harus meninggalkan nyai (pasangan tanpa hubungan pernikahan) tercintanya, Marsiti, sehingga ia bisa menikah. Delapan belas tahun kemudian setelah putri Aij Teng, Lily meninggal, calon anak-mertua Aij Tjeng, Bian Koen menemukan bahwa Marsiti memiliki seorang putri, Roosminah, yang sangat mirip dengan Lily. Bian Koen dan Roosminah lalu menikah.
Terinspirasi oleh lirik lagu berbahasa Inggris "If Those Lips Could Only Speak" (bahasa Indonesia: "Jika Bibir Itu Dapat Berbicara") dan sandiwara "Impian di Tengah Musim" karya William Shakespeare, Boenga Roos Bahasa Dari Tjikembang awalnya ditulis sebagai cerita garis besar untuk grup drama panggung Union Dalia. Kwee mencampurkan beberapa bahasa lainnya, khususnya Belanda, Sunda, dan Inggris; ia memasukkan dua kutipan dari puisi bahasa Inggris dan satu lagi dari lagu bahasa Inggris. Novel ini telah ditafsirkan berbagai sebagai suatu promosi teosofi, sebuah risalah pada konsep reinkarnasi Buddhisme, panggilan untuk pendidikan, sebuah ode penghormatan untuk para nyai, dan kecaman terhadap bagaimana mereka diperlakukan kala itu.
Novel ini awalnya diterbitkan sebagai cerita bersambung di majalah Panorama milik Kwee; cerita ini segera terbukti menjadi karyanya yang paling populer. Tahun 1930 telah ditemukan beberapa adaptasi drama panggung yang tidak resmi, sehingga membuat Kwee meminta para pembacanya untuk membantu dia menegakkan hak ciptanya atas karyanya tersebut. Karya ini difilmkan dua kali, pertama yaitu Boenga Roos dari Tjikembang (1931) oleh The Teng Chun kemudian Bunga Roos (1975) oleh Fred Young. Buku ini, meskipun tidak dianggap sebagai bagian dari kanon sastra Indonesia, memiliki peringkat di antara karya paling dicetak ulang dalam sastra Melayu Tionghoa. Karya ini juga telah diterjemahkan ke dalam Bahasa Belanda dan Inggris.