Candi Jago | |
---|---|
Nama sebagaimana tercantum dalam Sistem Registrasi Nasional Cagar Budaya | |
![]() Candi Jago pada 2017. | |
![]() | |
Peringkat | Nasional |
Kategori | Situs |
No. Regnas | CB.445 |
No. SK | SK Menteri No. 177/M/1998 |
Pemilik | ![]() |
Pengelola | Balai Pelestarian Cagar Budaya Jawa Timur |
Koordinat | 8°0′20.81″S 112°45′50.82″E / 8.0057806°S 112.7641167°E |
Menurut kitab Negarakertagama pupuh 41:4 dan Pararaton, nama Candi Jago sebenarnya berasal dari kata "Jajaghu", yang didirikan pada masa Kerajaan Singhasari pada abad ke-13 sebagai penghormatan bagi Raja ketiga Singhasari, Wisnuwardhana. Jajaghu, yang artinya adalah 'keagungan', merupakan istilah yang digunakan untuk menyebut tempat suci. Candi ini berlokasi di Dusun Jago, Desa Tumpang, Kecamatan Tumpang, Kabupaten Malang, Jawa Timur atau sekitar 22 km dari Kota Malang, pada koordinat 8°0′20.81″S 112°45′50.82″E / 8.0057806°S 112.7641167°E. Candi ini berjarak sekitar 25 km dari Pura Bhuvana Kertha.
Candi Jago berlatar agama Buddha Tatrayana. Salah satu ciri dari agama Buddha Tatrayana adalah arcanya yang berbentuk amoghapasa, bentuk Tatris dari awaloketeswara disertai pengiring-pengiring nya. Arca tersebut merupakan arca dari perwujudan dari raja keempat singasari yang bernama Raja Wisnuwarddhana, yang meninggal tahun 1190 Saka (1280 Masehi).
Candi ini cukup unik, karena bagian atasnya hanya tersisa sebagian dan menurut cerita setempat karena tersambar petir. Relief-relief Kunjarakarna dan Pancatantra dapat ditemui di candi ini. Secara keseluruhan bangunan candi ini tersusun atas bahan batu andesit.
Pada candi inilah Adityawarman kemudian menempatkan Arca Manjusri seperti yang disebut pada Prasasti Manjusri. Sekarang Arca ini tersimpan di Museum Nasional dengan nomor inventaris D. 214.