Bagian dari seri artikel mengenai |
Pandemi Covid-19 |
---|
![]() |
|
![]() |
Pandemi COVID-19 telah memberikan dampak yang signifikan terhadap industri penerbangan akibat pemberlakuan pembatasan perjalanan dan menurunnya jumlah penumpang. Penurunan jumlah penumpang berakibat pada pembatalan penerbangan sehingga banyak maskapai penerbangan terpaksa melakukan PHK besar-besaran atau bahkan bangkrut. Beberapa maskapai lainnya tidak mengembalikan dana tiket yang dibatalkan untuk mengurangi kerugian. Produsen pesawat terbang dan operator bandara juga dilaporkan melakukan PHK terhadap para pegawainya.
Krisis dunia penerbangan saat pandemi COVID-19 dianggap sebagai krisis terparah dalam sejarah penerbangan menurut CEO Airbus SE, Guillaume Faury,[1] CEO EasyJet, Johan Lundgren,[2] petinggi United Airlines, Oscar Munoz,[3] CEO Qantas, Alan Joyce,[4] dan beberapa media, seperti Financial Times,[5] The New York Times,[6] dan The Independent.[7]
We are now in the midst of the gravest crisis the aerospace industry has ever known
This is still the worst crisis that this industry has ever been faced with [...]
the most disruptive crisis in the history of aviation
This is the worst crisis the aviation industry has gone through
[...] cancel orders to survive the worst crisis in aviation history.
[...] the current crisis, which is seen by many as the worst in the history of aviation.