Artikel ini sebatang kara, artinya tidak ada artikel lain yang memiliki pranala balik ke halaman ini. Bantulah menambah pranala ke artikel ini dari artikel yang berhubungan atau coba peralatan pencari pranala. Tag ini diberikan pada Februari 2023. |
Artikel ini merupakan bagian dari sebuah seri pada |
Pengobatan alternatif |
---|
Diet alkali (juga dikenal sebagai diet abu alkali, diet alkali asam, diet abu asam, dan diet asam alkali) adalah kelompok diet yang menyatakan jika jenis makanan dapat memiliki efek pada keseimbangan pH tubuh. Hal ini berasal dari hipotesis “abu asam” suatu penelitian yang mengaitkan abu asam dengan osteoporosis. Orang-orang yang melakukan diet alkali percaya bahwa makanan tertentu dapat memengaruhi keasaman (pH) tubuh dan perubahan dari pH tubuh dapat mengobati ataupun mencegah penyakit. Dari penelitian ekstensif yang telah dilakukan, peneliti tidak mendukung mekanisme diet alkali karena teori diet tersebut terbukti tidak tepat. Karena bukti konklusif tadi, diet alkali tidak dianjurkan oleh ahli diet atau profesional kesehatan lainnya.[1][2]
Diet ini dipromosikan oleh praktisi pengobatan alternatif, yang mengusulkan bahwa diet tersebut mengobati atau mencegah kanker, penyakit jantung, tingkat energi rendah, dan penyakit lainnya. Darah manusia dipertahankan antara pH 7,35 dan 7,45 oleh mekanisme homeostasis asam-basa. Tingkat di atas 7,45 disebut sebagai alkalosis dan tingkat di bawah 7,35 sebagai asidosis. Kondisi pH darah yang tidak normal pada keadaan alkalosis dan asidosis tersebut dapat berdampak serius terhadap kesehatan. Gagasan bahwa diet ini dapat memengaruhi pH darah untuk tujuan mengobati berbagai penyakit tidak didukung oleh penelitian ilmiah dan membuat asumsi yang salah tentang bagaimana fungsi diet alkali yang bertentangan dengan fisiologi manusia.[3]
Diet dengan cara menghindari konsumsi daging, daging unggas, keju, dan biji-bijian dapat membuat urin menjadi lebih basa (pH lebih tinggi) sehingga sulit untuk memprediksi efek dari diet ini karena efeknya lebih bertujuan untuk pengobatan dibandingkan dengan modifikasi diet. Hipotesis "abu asam" pernah dianggap sebagai faktor risiko osteoporosis, meskipun bobot bukti ilmiah saat ini tidak mendukung hipotesis ini.[4]