Flora Madagaskar

Searah jarum jam dari kiri atas: hutan hujan di Taman Nasional Masoala; periwinkle Madagaskar; sawah bertingkat di dataran tinggi tengah; Jalan Baobab di dekat Morondava; pohon penjelajah endemik.

Flora Madagaskar terdiri atas lebih dari 12.000 spesies tumbuhan, serta sejumlah fungi dan alga yang belum sepenuhnya teridentifikasi. Sebanyak 83% tumbuhan vaskular (berpembuluh) di pulau ini bersifat endemik, termasuk lima famili tumbuhan, 85% lebih dari 900 spesies anggrek, sekitar 200 spesies palem, serta spesies ikonik seperti pohon pelancong (Ravenala madagascariensis), enam spesies baobab (Adansonia spp.), dan tapak dara Madagaskar (Catharanthus roseus). Tingkat endemisitas yang tinggi ini disebabkan oleh isolasi geografis Madagaskar setelah terpisah dari daratan Afrika dan India pada periode Mesozoikum, masing-masing 150–160 juta tahun (dari Afrika) dan 84–91 juta tahun (dari India) silam. Namun, hanya sedikit garis keturunan tumbuhan yang tersisa dari flora Gondwanan purba. Sebagian besar kelompok tumbuhan yang ada saat ini diduga masuk ke Madagaskar melalui proses penyebaran lintas samudra setelah pemisahan benua.

Setelah pemisahan benua, Madagaskar kemungkinan mengalami periode kekeringan. Hutan hujan tropis baru berkembang pada masa Oligosen hingga Miosen, ketika curah hujan meningkat. Saat ini, hutan lembap, termasuk hutan dataran rendah, terutama terletak di dataran tinggi timur yang memperoleh curah hujan tinggi dari Samudra Hindia akibat pengaruh topografi lereng curam. Sebagian besar dataran tinggi tengah, yang termasuk ekoregion hutan sublembab, kini didominasi padang rumput. Padang rumput ini umumnya dianggap sebagai hasil transformasi lanskap oleh manusia, meskipun sebagian mungkin terbentuk secara alami. Vegetasi di wilayah ini membentuk mosaik dengan hutan semak, termasuk hutan tapia (Uapaca spp.), dan semak berdaun keras di pegunungan tinggi. Hutan kering dan hutan sukulen ditemukan di bagian barat yang lebih kering, yang secara bertahap berubah menjadi belukar berduri di barat daya—wilayah dengan curah hujan terendah dan musim hujan terpendek. Hutan bakau tumbuh di pesisir barat, sementara beragam habitat lahan basah dengan flora adaptif tersebar di seluruh pulau.

Keberadaan manusia di Madagaskar pertama kali tercatat 2.000–4.000 tahun silam, dengan pemukiman manusia di pedalaman Madagaskar yang baru dimulai beberapa abad setelah kedatangan pertama. Masyarakat Malagasi memanfaatkan flora asli untuk pangan, material konstruksi, dan pengobatan. Tumbuhan eksotis diintroduksi oleh pendatang awal, pedagang, dan penjajah Prancis. Beberapa di antaranya menjadi komoditas pertanian penting, seperti padi (bahan pangan pokok yang ditanam di sengkedan dataran tinggi), ubi besar (Dioscorea alata), talas (Colocasia esculenta), kacang tunggak (Vigna unguiculata), dan pisang raja (Musa × paradisiaca). Tanaman perkebunan seperti leci (Litchi chinensis), cengkeh (Syzygium aromaticum), kopi (Coffea spp.), dan vanili (Vanilla planifolia)—yang kini menjadi ekspor utama—juga diintroduksi. Lebih dari 1.300 spesies tumbuhan introduksi tercatat, dengan sekitar 600 di antaranya telah mengalami naturalisasi (beradaptasi dan berkembang biak alami), dan sebagian bersifat invasif.

Pertumbuhan populasi manusia dan aktivitas ekonomi memicu tekanan signifikan terhadap vegetasi alami, terutama melalui deforestasi besar-besaran. Kombinasi endemisitas tinggi, kekayaan spesies, dan penurunan drastis vegetasi primer menjadikan Madagaskar sebagai hotspot keanekaragaman hayati global. Sekitar 10% wilayah daratannya ditetapkan sebagai kawasan lindung, termasuk Situs Warisan Dunia Tsingy de Bemaraha dan Hutan Hujan Atsinanana. Deskripsi ilmiah flora Madagaskar awalnya didominasi oleh naturalis Eropa, namun kini melibatkan herbarium nasional-internasional, kebun raya, dan universitas yang mendokumentasikan keanekaragaman tumbuhan serta mendukung upaya konservasi.


From Wikipedia, the free encyclopedia · View on Wikipedia

Developed by Nelliwinne