6°13′05″S 106°48′17″E / 6.2181205°S 106.8046058°E
Gelora Bung Karno (GBK) | |
Nama lama | Kompleks Asian Games (sampai 24 September 1962) Gelanggang Olahraga Senayan (1969–2001) |
---|---|
Lokasi | Gelora, Tanah Abang, Jakarta Pusat, Indonesia |
Transportasi umum | Stasiun Istora Halte Senayan dan Polda Metro Jaya Halte Gerbang Pemuda Stasiun Palmerah |
Pemilik | Sekretariat Negara Republik Indonesia[1] |
Operator | PPK GBK |
Konstruksi | |
Mulai pembangunan | 8 Februari 1960 |
Didirikan | 8 Februari 1960 |
Dibuka | 1961–1962 |
Direnovasi | 2016–2017[2] |
Ditutup | 2016–2017 |
Biaya | $12,500,000 (1958, seluruh kompleks) |
Situs web | |
gbk |
Gelanggang Olahraga Bung Karno adalah kompleks olahraga yang berlokasi di Gelora, Tanah Abang, Jakarta Pusat. Tonggak sejarah GBK diawali dengan ditunjuknya Indonesia oleh Asian Games Federation (sekarang Dewan Olimpiade Asia) sebagai tuan rumah Pesta Olahraga Asia 1962 pada tahun 1958. Momentum tersebut disambut baik oleh Presiden Soekarno dengan membangun sebuah mega proyek venue olahraga yang dilengkapi dengan beberapa fasilitas seperti Wisma Atlet dan diberi nama Gelora Bung Karno.
Kompleks ini dibangun sebagai Kompleks Asian Games pada tahun 1960 untuk Pesta Olahraga Asia 1962[3][4] dan baru-baru ini menjalani rekonstruksi besar untuk Pesta Olahraga Asia 2018 dan Pesta Olahraga Difabel Asia 2018.
Kompleks olahraga ini dinamai untuk menghormati Soekarno, Presiden pertama Indonesia, yang juga merupakan tokoh yang mencetuskan gagasan pembangunan kompleks olahraga ini. Dalam rangka de-Soekarnoisasi, pada masa Orde Baru, nama kompleks olahraga ini diubah menjadi Gelora Senayan. Setelah bergulirnya gelombang reformasi pada 1998, nama kompleks olahraga ini dikembalikan kepada namanya semula melalui Surat Keputusan Presiden No. 7/2001.[5] Kompleks ini adalah kompleks olahraga tertua dan terbesar di Jakarta dan Indonesia, dan juga salah satu yang terbesar di Asia Tenggara. Stadion Utama Gelora Bung Karno adalah bangunan utama dalam kompleks olahraga ini. Singkatan Gelora dalam bahasa Indonesia juga berarti gejolak (seperti pada api atau ombak laut).[6]