Searah jarum jam dari atas: Kota Palu dari atas satelit setelah gempa bumi, tsunami, dan pencairan tanah. Kerusakan di Desa Lolu, Kabupaten Sigi. Kerusakan di Petobo. Pantai Talise beberapa hari setelah tsunami. Presiden Joko Widodo melihat wilayah terdampak Pencairan tanah di Petobo | |
Waktu UTC | 2018-09-28 10:02:43 |
---|---|
ISC | 612780996 |
USGS-ANSS | ComCat |
Tanggal setempat | 28 September 2018 |
Waktu setempat | 18:02:44 WITA |
Lama | 2 menit |
Kekuatan | 7.5 Mw[1] |
Kedalaman | 20 km (12 mi) |
Episentrum | 0°12′S 119°53′E / 0.20°S 119.89°E |
Sesar | Sesar Palu-Koro |
Jenis | Sesar mendatar, Supershear |
Kerusakan total | Rp 13.82 triliun[2] |
Intensitas maks. | X (Ekstrem)[3] |
Percepatan puncak | 1.54 g[4] |
Tsunami | Ya (tinggi 10,7 m (35 ft) di Donggala) (atau 15 m (49 ft) di Wani)[5][6][7] |
Gempa awal | 6.0 Mw Pukul 15:00:00 (WITA) |
Gempa susulan | 6,1 Mw Pukul 18:45:25 (WITA) |
Korban |
Gempa bumi dan tsunami Sulawesi 2018 adalah peristiwa gempa bumi berkekuatan 7.5 Skala magnitudo momen (Mw) [7][11] diikuti dengan tsunami yang melanda pantai barat Pulau Sulawesi, Indonesia, bagian utara pada tanggal 28 September 2018, pukul 18.02 WITA. Pusat gempa berada di 26 km utara Donggala dan 80 km barat laut kota Palu[12] dengan kedalaman 20 km. Guncangan gempa bumi dirasakan di Kabupaten Donggala, Kota Palu, Kabupaten Parigi Moutong, Kabupaten Sigi, Kabupaten Poso, Kabupaten Tolitoli, Kabupaten Pasangkayu bahkan hingga Kota Gorontalo, Kota Samarinda, Kota Balikpapan, dan Kota Makassar. Gempa memicu tsunami hingga ketinggian 5 meter di Kota Palu.[13][14]
Total korban meninggal akibat gempa bumi dan tsunami sekitar 4,340 orang. Menjadikan salah satu gempa bumi paling mematikan yang pernah melanda Indonesia sejak Gempa bumi Yogyakarta 2006, serta bencana alam paling mematikan secara global pada tahun 2018, dua bulan setelah Gempa bumi Lombok pada bulan Agustus. BMKG mengkonfirmasi bahwa tsunami dengan ketinggian mencapai maksimum 4 hingga 7 meter (13 hingga 23 kaki), melanda pemukiman di Kota Palu, Donggala, dan Mamuju.
Gempa tersebut menyebabkan pencairan tanah besar-besaran di wilayah Kota Palu dan sekitarnya.[15] Di dua lokasi, hal ini menyebabkan semburan lumpur yang menyebabkan banyak bangunan terendam dan menyebabkan ratusan korban jiwa dan banyak lagi yang hilang. Pencairan tanah tersebut dianggap yang terbesar di dunia dan dianggap langka.[16]
<ref>
tidak sah;
tidak ditemukan teks untuk ref bernama republikaact
<ref>
tidak sah;
tidak ditemukan teks untuk ref bernama darat