Para aktivis anti-globalisasi melontarkan kritiknya berdasarkan sejumlah pemikiran terkait.[4] Aktivis pada umumnya menentang perusahaan multinasional besar yang memiliki kekuasaan politik tak terbatas; kekuasaan politik tersebut dimanfaatkan melalui perjanjian perdagangan dan pasar keuangan yang minim intervensi pemerintah. Lebih rincinya, perusahaan dituduh memaksimalkan laba dengan mengorbankan standar keselamatan kerja, standar perekrutan dan upah tenaga kerja, prinsip konservasi lingkungan, dan integritas kewenangan legislatif, kemerdekaan, dan kedaulatan negara. Sejumlah pengamat menyebut perubahan drastis ekonomi global sebagai "turbo-kapitalisme" (Edward Luttwak), "fundamentalisme pasar" (George Soros), "kapitalisme kasino" (Susan Strange),[5] dan "McWorld" (Benjamin Barber).
^Stiglitz, Joseph & Andrew Charlton. 2005. Fair Trade for All: How Trade Can Promote Development. p. 54 n. 23 (writing that "The anti-globalization movement developed in opposition to the perceived negative aspects of globalization. The term 'anti-globalization' is in many ways a misnomer, since the group represents a wide range of interests and issues and many of the people involved in the anti-globalization movement do support closer ties between the various peoples and cultures of the world through, for example, aid, assistance for refugees, and global environmental issues.")