Artikel ini sebagian besar atau seluruhnya berasal dari satu sumber. |
![]() | artikel ini perlu dirapikan agar memenuhi standar Wikipedia. |
Sultan Hasanuddin | |||||
---|---|---|---|---|---|
Muhammad Bakir I Mallombasi Daeng Mattawang Karaeng Bonto Mangape Sultan Hasanuddin | |||||
![]() Patung Lilin Sultan Hasanuddin | |||||
Sultan Gowa ke-16 | |||||
Berkuasa | 1653 - 1669 | ||||
Pendahulu | Malikussaid I dari Gowa | ||||
Penerus | Amir Hamzah dari Gowa | ||||
Kelahiran | 12 Januari 1631![]() | ||||
Kematian | 12 Juni 1670 Gowa, Hindia Belanda | (umur 39)||||
Keturunan | Sultan Amir Hamzah, Sultan Muhammad Ali, Sultan Abdul Jalil, Karaeng Galesong | ||||
| |||||
Ayah | Sultan Malikussaid | ||||
Ibu | I Sabbe Lokmo Daeng Takontu |
Sultan Hasanuddin (Dijuluki Ayam Jantan dari Timur oleh Belanda) (12 Januari 1631 – 12 Juni 1670) adalah Sultan Gowa ke-16 dan pahlawan nasional Indonesia yang terlahir dengan nama Muhammad Bakir I Mallombasi Daeng Mattawang Karaeng Bonto Mangape. Setelah menaiki takhta, ia digelar Sultan Hasanuddin, setelah meninggal ia digelar Tumenanga Ri Balla Pangkana. Karena keberaniannya, ia dijuluki De Haantjes van Het Osten oleh Belanda yang artinya Ayam Jantan dari Timur. Ia dimakamkan di Katangka, Kabupaten Gowa. Ia diangkat sebagai Pahlawan Nasional dengan Surat Keputusan Presiden No. 087/TK/1973, tanggal 6 November 1973.[1]