Bagian dari sebuah serial tentang |
Sepuluh Perintah Allah |
---|
Artikel terkait |
"Jangan mengingini" merupakan terjemahan umum dari salah satu atau dua (tergantung dari tradisi penomoran) Sepuluh Perintah Allah atau Dekalog,[1] yang secara luas dipahami sebagai perintah moral oleh para pakar hukum, cendekiawan Yahudi, Katolik, ataupun Protestan.[2][3][4][5] Baik Kitab Keluaran maupun Kitab Ulangan menggambarkan bahwa Sepuluh Perintah Allah disampaikan oleh Allah,[6] tertulis pada dua loh batu oleh jari Allah,[7] kemudian loh-loh tersebut dipecahkan oleh Musa dan ditulis ulang oleh Allah pada dua loh bantu pengganti.[8]
Teks lengkap dari perintah ini yaitu:
Jangan mengingini rumah sesamamu; jangan mengingini isterinya, atau hambanya laki-laki, atau hambanya perempuan, atau lembunya atau keledainya, atau apapun yang dipunyai sesamamu. (Keluaran 20:17)
Berbeda dengan perintah-perintah lainnya yang berfokus pada perbuatan-perbuatan di luar diri seseorang atau yang kelihatan, perintah ini berfokus pada pikiran. Perintah ini melarang seseorang untuk mengingini atau menghasratkan hal-hal yang dilarang. Salah satu dari Sepuluh Perintah Allah melarang berzina, sementara perintah ini melarang keinginan untuk berzina. Perintah Allah lainnya melarang mencuri, sementara perintah ini melarang keinginan untuk mengambil alih milik orang lain. Perjanjian Baru mendeskripsikan penafsiran Yesus atas Sepuluh Perintah Allah sebagai hal-hal yang utamanya berasal dari hasrat atau keinginan di dalam hati, bukan hanya melarang tindakan-tindakan tertentu yang terlihat dari luar diri seseorang.
Kamu telah mendengar yang difirmankan kepada nenek moyang kita: "Jangan membunuh; siapa yang membunuh harus dihukum." Tetapi Aku berkata kepadamu: Setiap orang yang marah terhadap saudaranya harus dihukum. ... Kamu telah mendengar firman: "Jangan berzinah." Tetapi Aku berkata kepadamu: Setiap orang yang memandang perempuan serta menginginkannya, sudah berzinah dengan dia di dalam hatinya. (Matius 5:21-22, 27-28)
Katekismus Gereja Katolik (KGK) mengaitkan perintah yang melarang keinginan dengan perintah "Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri."[9] Ibnu Ezra, dalam menanggapi pertanyaan "bagaimana mungkin seseorang tidak mengingini suatu hal yang indah dalam hatinya?", menuliskan bahwa tujuan utama dari semua perintah adalah untuk meluruskan hati.[10]