Kanibalisme adalah tindakan mengonsumsi individu lain dari spesies yang sama sebagai makanan. Kanibalisme merupakan interaksi ekologis yang umum terjadi di dunia hewan dan telah tercatat pada lebih dari 1.500 spesies.[1] Kanibalisme manusia juga terdokumentasikan dengan jelas, baik di masa lalu maupun masa kini.[2]
Tingkat kanibalisme cenderung meningkat di lingkungan dengan nutrisi yang buruk, ketika individu mengonsumsi spesies mereka sendiri sebagai sumber makanan tambahan.[3] Kanibalisme dapat membantu mengatur jumlah populasi dengan membuat sumber daya seperti makanan, tempat berlindung, dan teritori menjadi lebih luas seiring dengan berkurangnya kompetisi dengan sesama spesies. Meskipun bermanfaat bagi individu, tindakan kanibalisme dapat menurunkan tingkat kelangsungan hidup bagi keseluruhan populasi dan meningkatkan risiko kepunahan. Dampak negatif lainnya adalah peningkatan risiko penularan patogen, karena meningkatnya frekuensi kontak antar inang.[4] Namun, kanibalisme tidak hanya terjadi akibat kekurangan makanan ekstrem atau kondisi buatan/tidak alami, tetapi juga dapat terjadi dalam kondisi alami pada berbagai spesies.[1][5][6]
Di tingkat ekosistem, kanibalisme umumnya terjadi di lingkungan perairan, dengan tingkat kanibalisme mencapai hingga 0,3% pada ikan.[7][8] Kanibalisme tidak terbatas pada spesies karnivora, tetapi juga terjadi pada herbivora dan detritivora. Kanibalisme seksual biasanya terjadi ketika spesies jantan dikonsumsi oleh betina sebelum, selama, atau setelah kawin. Bentuk lain dari kanibalisme adalah kanibalisme terstruktur berdasarkan ukuran dan kanibalisme intrauterin. Adaptasi perilaku, fisiologis, dan morfologis telah berkembang untuk mengurangi frekuensi kanibalisme pada spesies-spesies tertentu.[9]
Cannibalism is a common ecological interaction in the animal kingdom, and it is ubiquitous in aquatic and terrestrial food webs [...].