Kasunanan Mataram | |||||||||||||||||
---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|
15861–1755 | |||||||||||||||||
Bendera | |||||||||||||||||
Peta wilayah Kesultanan Mataram | |||||||||||||||||
Ibu kota | Kotagede (1586-1613) Karta (1613–1645) Plered (1646–1680) Kartasura (1680–1745) | ||||||||||||||||
Jawa | |||||||||||||||||
Bahasa yang diakui | Bagongan | ||||||||||||||||
Agama | Islam (resmi) | ||||||||||||||||
Demonim | Matawis | ||||||||||||||||
Pemerintahan | Monarki | ||||||||||||||||
Raja | |||||||||||||||||
• 1586 - 1601 | Senapati | ||||||||||||||||
• 1601 - 1613 | Anyakrawati | ||||||||||||||||
• 1613 - 1645 | Anyakrakusuma | ||||||||||||||||
• 1646 - 1677 | Amangkurat I | ||||||||||||||||
• 1677 - 1703 | Amangkurat II | ||||||||||||||||
• 1703 - 1705 | Amangkurat III | ||||||||||||||||
• 1704 - 1719 | Pakubuwana I | ||||||||||||||||
• 1719 - 1726 | Amangkurat IV | ||||||||||||||||
• 1726 - 1742 | Pakubuwana II | ||||||||||||||||
• 1742 - 1743 | Amangkurat V | ||||||||||||||||
Sejarah | |||||||||||||||||
• Pendirian | 15861 | ||||||||||||||||
• Penyerbuan Batavia I, di bawah pimpinan Bahureksa dan Mandurareja, dan dimulainya Konflik Mataram–Belanda. | 1628 | ||||||||||||||||
• Penyerbuan Batavia II, di bawah pimpinan Dipati Ukur | 1629 | ||||||||||||||||
• Pemberontakan Raden Mas Alit dan Trunajaya | 1674-1680 | ||||||||||||||||
• Pemberontakan Sunan Kuning | 1742-1743 | ||||||||||||||||
• Perjanjian Giyanti, pembagian Mataram menjadi dua kekuasaan | 13 Februari 1755 | ||||||||||||||||
Mata uang | derham jawi dan dinar[1] | ||||||||||||||||
| |||||||||||||||||
Sekarang bagian dari | Indonesia | ||||||||||||||||
Bagian dari seri mengenai |
---|
Sejarah Indonesia |
Garis waktu |
Portal Indonesia |
Kasunanan Mataram (bahasa Jawa: ꧋ꦤꦒꦫꦶꦏꦱꦸꦤꦤꦤ꧀ꦩꦠꦫꦩ꧀, Pegon: نڮاري كسولتانن متارام , translit. Nagari Kasunanan Mataram) adalah negara berbentuk kesultanan di Jawa pada abad ke-16. Kesultanan ini didirikan sejak pertengahan abad ke-16, tetapi baru menjadi negara berdaulat di akhir abad ke-16 yang dipimpin oleh dinasti yang bernama wangsa Mataram.[3][4]
Sepanjang abad ke-16, tepatnya pada puncak kejayaannya di bawah pemerintahan Sunan Anyakrakusuma, Mataram adalah salah satu negara terkuat di Jawa, kesultanan yang menyatukan sebagian besar pulau Jawa, yakni Jawa Tengah, DI Yogyakarta, sebagian besar Jawa Barat dan Jawa Timur kecuali Banten, selain itu juga menguasai daerah Madura, dan Sukadana (Kalimantan Barat), Makasar, serta Pulau Sumatra (Palembang dan Jambi). Kesultanan ini terdiri dari beberapa wilayah inti mulai dari: kutagara, nagaragung, mancanagara, pasisiran dan sejumlah kerajaan vasal, beberapa di antaranya dianeksasi ke dalam teritori kesultanan, sedangkan sisanya diberikan beragam tingkat otonomi.[5]
Kesultanan ini secara kenyataannya adalah negara merdeka yang menjalin hubungan perdagangan dengan Kerajaan Belanda ditandai dengan kedua pihak saling mengirim duta besar. Menjelang keruntuhannya, Kesultanan Mataram menjadi negara protektorat Kerajaan Belanda, dengan status swapraja.
Perjanjian Giyanti yang ditandatangani oleh Pangeran Mangkubumi dengan VOC membuahkan kesepakatan bahwa Kesultanan Mataram dibagi dalam dua kekuasaan, yaitu Nagari Kasunanan Surakarta dan Nagari Kasultanan Ngayogyakarta. Perjanjian yang ditandatangani dan diratifikasi pada tanggal 13 Februari 1755 di Giyanti ini secara hukum menandai berakhirnya Mataram.[6][7]
<ref>
tidak sah;
tidak ditemukan teks untuk ref bernama Britannica