Konflik Sabah 2013 | |||||||
---|---|---|---|---|---|---|---|
Bagian dari Persengketaan Sabah | |||||||
![]() Pintu masuk ke lokasi pertama terjadinya kebuntuan di Kampung Tanduo, yang sekarang menjadi kamp Angkatan Darat Malaysia. Papan namanya bertuliskan (dalam bahasa Melayu), "Selamat datang di Kamp Desa Tanduo. Awas! Anda telah memasuki kamp militer. Mohon jaga disiplin Anda!". Peta lokasi kebuntuan | |||||||
| |||||||
Pihak terlibat | |||||||
![]() Didukung oleh : ![]() |
![]() ![]() Didukung Oleh : ![]() | ||||||
Tokoh dan pemimpin | |||||||
![]() ![]() |
![]() ![]() ![]() ![]() ![]() ![]() ![]() ![]() | ||||||
Kekuatan | |||||||
235–400 Militan |
7,000 ATM 1,000+ PGU 17 FNSS ACV-15 3 f-18 hornet 5 Hawk 200 | ||||||
Korban | |||||||
56 Militan Tewas 11 Terluka 149 ditangkap |
12 Tewas 16 Terluka | ||||||
6 Warga Sipil Tewas |
Konflik Sabah atau Operasi Daulat adalah sebuah insiden yang muncul setelah sekelompok orang sekitar 235–400 orang, beberapa dari mereka bersenjata, tiba dengan perahu di Kampung Tanduo, Lahad Datu, Sabah dari pulau Simunul, Tawi-Tawi dari Filipina selatan pada tanggal 11 Februari 2013.[1][2] Kelompok ini, yang menyebut diri mereka Pasukan Keamanan Kerajaan Kesultanan Sulu dan Borneo Utara,[1] yang dikirim oleh Jamalul Kiram III, salah satu penuntut tahta Kesultanan Sulu. Kiram menyatakan bahwa tujuan mereka adalah untuk menegaskan klaim teritorial mereka yang belum terselesaikan di timur Sabah (bekas Borneo Utara).[3]
Pasukan keamanan Malaysia telah mengepung desa Tanduo di Lahad Datu di mana kelompok itu berkumpul, sementara negosiasi untuk penyelesaian damai dari konflik ini terus berlangsung.[4]