![]() | artikel ini perlu dirapikan agar memenuhi standar Wikipedia. |
Kunang-kunang | |
---|---|
![]() | |
Kunang-kunang Photuris lucicrescens dewasa. | |
Klasifikasi ilmiah ![]() | |
Domain: | Eukaryota |
Kerajaan: | Animalia |
Filum: | Arthropoda |
Kelas: | Insecta |
Ordo: | Coleoptera |
Subordo: | Polyphaga |
Infraordo: | Elateriformia |
Superfamili: | Elateroidea |
Famili: | Lampyridae Latreille, 1817 |
Subfamilies | |
Cyphonocerinae |
Kunang-kunang, kumbang bercahaya atau cika-cika adalah jenis serangga yang dapat mengeluarkan cahaya yang terlihat jelas saat malam hari. Namun, tidak semua spesies kunang-kunang dapat mengeluarkan cahaya.[1] Cahaya kunang-kunang dihasilkan oleh "sinar dingin" dengan panjang gelombang warna 510 sampai 670 nanometer, dengan warna merah pucat, kuning, atau hijau, dengan efisiensi sinar sampai 96%.
Kunang-kunang merupakan jenis kumbang yang termaksud ke dalam Famili Lampyridae, Ordo Coleoptera, Kelas Insecta. Ada lebih dari 2000 spesies kunang-kunang yang dapat ditemukan di daerah empat musim dan tropis di seluruh dunia. Banyak spesies ini ditemukan di rawa atau hutan yang basah di mana tersedia banyak persediaan makanan untuk larvanya.
Kunang-kunang yang memancarkan sinar untuk saling mengenali atau untuk memberi tanda kawin, menggunakan panjang gelombang sinar yang berbeda, tergantung pada spesiesnya. Selain itu, kunang-kunang dapat berfungsi sebagai bioindikator lingkungan karena kehadiran atau tingkah lakunya sangat terkait dengan kondisi tertentu sehingga dapat dimanfaatkan sebagai panduan atau pengujian kuantitatif. (Ellenberg, 1991, sebagaimana dikutip dalam Kurniawan & Ahmad, 2024).[2] Pada beberapa spesies, kunang-kunang jantan yang mula-mula menyorotkan sinar untuk menarik sang betina, sementara pada spesies lainnya, sang betina yang “memanggil”. Cahaya yang dimiliki kunang-kunang berperan pula sebagai tanda peringatan, untuk memperingatkan sesama jenisnya tentang adanya ancaman bahaya. Selain itu, sebagian kunang-kunang menggunakan cahaya mereka sebagai mekanisme pertahanan diri dari pemangsa dengan menandakan bahwa mereka memiliki rasa yang tidak lezat (lebih tepatnya, pahit) dikarenakan zat yang ada di perutnya.
Bagi kunang-kunang kelompok Photuris, cahaya mereka berperan pula dalam perburuan. Betina jenis ini dapat meniru kerlipan sinyal cahaya yang dipancarkan betina jenis lain, misalnya Photinus. Dengan sinyal cahaya palsu ini, kunang-kunang jantan jenis Photinus pun terjebak dan dimakan oleh Photuris betina.