Luk thung | |
---|---|
Sumber aliran | |
Sumber kebudayaan | 1930-an, dan 1960-an, Thailand |
Alat musik yang biasa digunakan | |
Bentuk turunan | Phleng phuea chiwit |
Genre campuran (fusion) | |
Luk thung elektronik | |
Topik lainnya | |
Luk thung, atau Phleng luk thung (bahasa Thai: ลูกทุ่ง or เพลงลูกทุ่ง, pengucapan [pʰlēːŋ lûːk tʰûŋ], yang diartikan sebagai "anak dari lagu alam terbuka", sering dikenali sebagai musik country khas Thailand.) adalah genre musik asal Thailand yang dihasilkan dari proses akulturasi yang terjadi pada masa Perang Dunia II di kawasan tengah Thailand. Genre ini merupakan turunan dari phleng Thai sakon, yang dikembangkan pada awal abad ke-20. Suphanburi menjadi daerah yang dikenal sebagai pusat dari luk thung, karena mencetak beberapa artis luk thung terkemuka, termasuk Suraphol Sombatcharoen dan Pumpuang Duangjan. Genre ini memiliki popularitas terbesar di kawasan timur laut Thailand,[1] karena adanya pengaruh tradisi musik mor lam dan Bahasa Isan.
Lagu-lagu Luk thung biasanya berisi lirik yang puitis dan menggambarkan gaya hidup pedesaan, kebudayaan dan pola sosial di Thailand. Lagu-lagu tersebut dinyanyikan dengan penggunaan vibrato dan aksen yang unik, serta diiringi dengan instrumen-instrumen barat seperti brass dan instrumen elektronik, bersamaan dengan Instrumen musik tradisional Thailand seperti khaen dan phin. Tema-tema yang muncul dalam lagu-lagu luk thung biasanya adalah kemiskinan desa, romantisme cinta, keindahan pemandangan desa, kepercayaan agama, budaya tradisional, dan krisis politik.
Rekaman pertama yang dianggap sebagai luk thung adalah, lagu "Mae Saao Chaao Rai" ('Petani Wanita'), yang dikarang oleh Hem Vejakorn untuk Suraphol Sombatcharoen pada tahun 1938. Lagu ini merupakan lagu tema untuk drama radio berjudul "Saao Chaao Rai" ('Petani Wanita'). Istilah luk thung pertama kali dipopulerkan pada 1 Mei 1964 oleh Chamnong Rangsikul yang membawakan program televisi "Phleng Luk Thung" yang tayang di Channel 4.[2]