Operasi Barbarossa | |||||||
---|---|---|---|---|---|---|---|
Bagian dari Blok Timur Perang Dunia II | |||||||
| |||||||
Pihak terlibat | |||||||
Rumania Finlandia Italia Hungaria Slovakia Kroasia | Uni Soviet | ||||||
Tokoh dan pemimpin | |||||||
Adolf Hitler Erich von Manstein Franz Halder Wilhelm Ritter von Leeb Fedor von Bock Gerd von Rundstedt Friedrich Paulus Ion Antonescu Carl Gustaf Emil Mannerheim |
Josef Stalin Georgy Zhukov Aleksandr Vasilyevskiy Semyon Budyonny Kliment Voroshilov Semyon Timoshenko Markian Popov Fyodor Kuznetsov Dmitry Pavlov Ivan Tyulenev | ||||||
Kekuatan | |||||||
~5,5 juta (termasuk sekutu Jerman), 3.796 tank 5.389 pesawat[1] 23.000 artileri |
~2,5 juta (kemudian + 5 juta) 12.000–15.000 tank 35.000–40.000 pesawat (11,357 siap tempur pada 22 Juni 1941)[2] | ||||||
Korban | |||||||
terbunuh: 250.000[3] terluka: 500.000 hilang: 25.000 kerusakan: 2.093 pesawat 2.758 tank |
terbunuh: 802.191 [4] terluka: 3.000.000 tertangkap: 3.300.000[5][6] kerusakan: 21.200 pesawat [7][8][9] 20.500 tank |
Operasi Barbarossa (bahasa Jerman: Unternehmen Barbarossa, Операция Барбаросса atau 'Operatsiya Barbarossa) juga disebut Invasi Jerman atas Uni Soviet adalah invasi tentara Nazi Jerman di Uni Soviet pada Perang Dunia II. Invasi ini dimulai pada tanggal 22 Juni 1941.[10][11] Lebih dari 4,5 juta tentara dari kekuatan Poros menyerbu Uni Soviet sepanjang 2.900 km (1.800 mil).[12] Perencanaan untuk Operasi Barbarossa dimulai pada tanggal 18 Desember 1940; rahasia persiapan dan operasi militer itu sendiri berlangsung hampir satu tahun, dari musim semi tahun 1940 sampai musim dingin 1941.
Nama "Barbarossa" diambil dari Friedrich Barbarossa (berkuasa 1152-1190), seorang Kaisar Romawi Suci yang berusaha membangun dominasi Jerman di Eropa pada Abad Pertengahan.
Pada awal operasi, Wehrmacht di bawah pimpinan Adolf Hitler memenangi berbagai pertempuran dengan strategi Blitzkrieg-nya, tetapi ketika musim dingin tiba, posisi Soviet berada di atas angin. Pasukan Jerman mampu menghancurkan pasukan-pasukan Uni Soviet namun gagal memperhitungkan kemampuan Uni Soviet untuk secara terus-menerus mengirim bala bantuan dari Timur. Yakin bahwa Kekaisaran Jepang tidak akan menyerang di Timur, Stalin juga menarik pasukan Uni Soviet dari Siberia untuk mempertahankan Moskwa dan melakukan serangan balik. Pasukan Jerman dapat menekan sampai beberapa kilometer dari Moskwa, tetapi serangan balik Uni Soviet di tengah musim dingin akhirnya berhasil mematahkan Operasi Barbarossa. Hitler mengharapkan pukulan cepat dan tidak mempersiapkan perang yang berkelanjutan di tengah musim dingin Rusia.