Pakubuwana XIII ꦦꦑꦸꦨꦸꦮꦟ꧇꧑꧓꧇ | |||||||||
---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|
Susuhunan Surakarta ke-12 | |||||||||
Bertakhta | 10 September 2004 – sekarang | ||||||||
Pendahulu | Susuhunan Pakubuwana XII | ||||||||
Putra mahkota | KGPAA. Hamangkunegara Sudibya Rajaputra Narendra ing Mataram (KGPH. Purubaya) | ||||||||
Presiden | Megawati Soekarnoputri Susilo Bambang Yudhoyono Joko Widodo Prabowo Subianto | ||||||||
Kelahiran | 28 Juni 1948 Surakarta, Indonesia | ||||||||
Pasangan | KRAy. Endang Kusumaningdyah (bercerai sebelum PB XIII naik takhta) KRAy. Winari (bercerai sebelum PB XIII naik takhta) KRAy. Adipati Pradapaningsih/GKR. Pakubuwana | ||||||||
Keturunan |
| ||||||||
| |||||||||
Wangsa | Mataram | ||||||||
Ayah | Susuhunan Pakubuwana XII | ||||||||
Ibu | KRAy. Pradapaningrum/K.R. Ageng | ||||||||
Agama | Islam |
Sri Susuhunan Pakubuwana XIII (disingkat sebagai PB XIII, bahasa Jawa: ꦱꦿꦶꦱꦸꦱꦸꦲꦸꦤꦤ꧀ꦥꦏꦸꦧꦸꦮꦤꦏꦥꦶꦁꦠꦶꦒꦮꦺꦭꦱ꧀; lahir 28 Juni 1948) adalah Susuhunan Surakarta kedua belas yang bertakhta sejak tahun 2004. Gelar Pakubuwana XIII awalnya diklaim oleh dua pihak, setelah wafatnya Susuhunan Pakubuwana XII tanpa putra mahkota yang jelas karena ia tidak memiliki permaisuri, maka dua putra Pakubuwana XII dari ibu yang berbeda saling mengakui takhta ayahnya.
Putra yang tertua, KGPH. Hangabehi, oleh keluarga didaulat sebagai penguasa keraton dan KGPH. Tejowulan menyatakan keluar dari keraton; dua-duanya mengklaim pemangku takhta yang sah, dan masing-masing menyelenggarakan acara pemakaman ayahnya secara terpisah. Akan tetapi, konsensus keluarga telah mengakui bahwa Hangabehi yang diberi gelar Pakubuwana XIII.
Konflik Raja Kembar tersebut berlangsung selama sekitar delapan tahun, hingga pada tahun 2012 dualisme kepemimpinan di Kasunanan Surakarta akhirnya usai setelah KGPH. Tejowulan mengakui gelar Pakubuwana XIII menjadi milik KGPH. Hangabehi dalam sebuah rekonsiliasi resmi yang diprakarsai oleh Pemerintah Kota Surakarta bersama DPR-RI, dan KGPH. Tejowulan sendiri menjadi mahapatih (kemudian mahamenteri) dengan gelar Kangjeng Gusti Pangeran Harya Panembahan Agung.[1][2]