Pemeran Utama Pria Terbaik Festival Film Indonesia

Penghargaan FFI untuk Pemeran Utama Pria Terbaik
DeskripsiPemeran Utama Pria (Aktor) Terbaik tahun ini
NegaraIndonesia
Dipersembahkan oleh
Diberikan perdana1955
Pemegang gelar saat iniRinggo Agus Rahman
Jatuh Cinta Seperti di Film-Film (2024)
Situs webfestivalfilm.id

Penghargaan FFI untuk Pemeran Utama Pria Terbaik atau Piala Citra untuk Pemeran Utama Pria Terbaik atau Aktor Terbaik adalah sebuah penghargaan yang diberikan di Festival Film Indonesia (FFI) kepada para pemeran pria (aktor) Indonesia untuk prestasi mereka dalam peran-peran utama. Dideskripsikan oleh Screen International sebagai "penghargaan Indonesia yang setara dengan Oscar",[1] Penghargaan FFI adalah penghargaan film paling prestisius di negara tersebut.[2] Penghargaan ini dimaksudkan untuk mengakui prestasi insan perfilman Indonesia dan menarik minat publik terhadap industri perfilman tanah air.[3] Pada awalnya, para pemenang dipilih dari seluruh entri oleh seorang juri, namun karena perhatian terhadap efisiensi dan ketidaksepakatan para pemenang dalam industri film Indonesia, maka mulai tahun 1979 FFI mengadakan sistem nominasi dimana sebuah komite memilih penerima Penghargaan FFI dari daftar pendek terdiri dari tiga sampai enam nominator.[4] Daftar pendek tersebut ditetapkan menjadi lima pilihan sejak 1987.

Penghargaan ini pertama kali diberikan di FFI pada tahun 1955, dimana terdapat dua penerima pada saat itu: A.N. Alcaff dalam Lewat Djam Malam dan A. Hadi dalam Tarmina. Adanya dua pemenang dalam kategori ini, yang juga terjadi pada Film Terbaik dan Pemeran Utama Wanita Terbaik, sempat mengundang kontroversi. Para kritikus film beranggapan bahwa film Lewat Djam Malam jauh lebih bermutu, dan berpendapat bahwa peran Djamaluddin Malik sebagai pendana festival film tersebut telah mempengaruhi kemenangan Tarmina.[5] Festival kelanjutannya diadakan pada 1960 dan 1967. Dan FFI mulai diadakan secara tahunan sejak 1973.[6]

Penghargaan ini terus diberikan setiap tahun, kecuali pada tahun 1980, dimana pada tahun itu para juri menyatakan bahwa tidak ada aktor yang layak dinominasikan untuk penampilannya pada penghargaan tersebut.[6][7] Setelah tahun 1992, terjadi penurunan produksi film nasional, yang membuat festival tersebut tidak dilanjutkan.

Festival tersebut baru diselenggarakan kembali sebagai acara tahunan pada 2004, setelah mendapatkan dana dari pemerintah Indonesia.[1][8] Pemenang paling terkini dari Penghargaan FFI ini adalah Marthino Lio, yang meraih penghargaan tersebut pada Festival Film Indonesia 2022 untuk penampilannya dalam Seperti Dendam, Rindu Harus Dibayar Tuntas.

Sebanyak 86 aktor telah dinominasikan pada Penghargaan FFI ini, dan 35 di antaranya pernah memenangkan setidaknya satu kali; bahkan para pemenang dalam satu dekade terakhir ini (kecuali Reza Rahadian) menang untuk pertama kalinya, walaupun mungkin pernah masuk nominasi sebelumnya – termasuk aktor kawakan Deddy Sutomo pada tahun 2015.

Hingga sekarang, aktor yang paling banyak mendapatkan nominasi adalah Reza Rahadian – dengan empat belas nominasi dan 4 kemenangan (2010, 2013, 2016 dan 2023), disusul oleh Deddy Mizwar dengan sebelas nominasi dan 3 kemenangan (1986, 1987, 2007).[9]

Aktor lain yang juga meraih 3 kemenangan adalah Soekarno M. Noor pada tahun 1960, 1967, dan 1979. Sementara aktor lainnya yang memenangkan penghargaan berganda Aktor Terbaik FFI (masing-masing 2) yaitu: Benyamin Sueb pada tahun 1973 dan 1977, Slamet Rahardjo pada tahun 1975 dan 1983, dan Tio Pakusadewo pada tahun 1991 dan 2009.

Aktor dengan nominasi terbanyak tanpa sebuah kemenangan adalah Ray Sahetapy, yang meraih 6 nominasi antara tahun 1984 hingga 1990. Terdapat 3 film dengan pemeran berganda yang meraih nominasi pada tahun 1980, 2007, dan 2016; namun hanya Nagabonar Jadi 2 yang meraih kemenangan, dengan Deddy Mizwar yang mendapatkan penghargaan tersebut pada 2007.

Empat aktor – Zainal Abidin pada tahun 1982, Deddy Mizwar pada tahun 1986, Nicholas Saputra pada tahun 2005 dan Reza Rahadian pada tahun 2010 dan 2016 meraih lebih dari satu nominasi pada sebuah tahun tunggal, dan masing-masing memenangkan salah satu nominasi mereka pada tahun itu.

Sebenarnya Reza juga melakukannya pada 2015 dan 2020, namun dia gagal memenangkan kedua nominasinya itu – dan justru kalah dari Deddy Sutomo pada tahun 2015, dan dari Gunawan Maryanto pada tahun 2020. Di sisi lain, gelar Aktor Utama Terbaik 2015 untuk Deddy Sutomo menjadi pencapaian yang indah bagi lebih kurang 40 tahun rentang kariernya dalam perfilman Indonesia; sedangkan kemenangan Gunawan Maryanto pada 2020 adalah yang pertama dan terakhir baginya, karena dia meninggal dunia pada 2021.

  1. ^ a b Silvia Wong (8 Desember 2004). "Indonesia's Oscars return after 12-year gap". Screen International. Diakses tanggal 30 Maret 2012. 
  2. ^ Stephen Logan, ed. (2008). Asian Communication Handbook 2008. Singapore: Asian Media Information and Communication Centre and Wee Kim Wee School of Communication and Information, Nanyang Technological University. hlm. 224. ISBN 9789814136105. 
  3. ^ "Festival Film Indonesia (FFI)". Encyclopedia of Jakarta (dalam bahasa Indonesia). Jakarta City Government. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2013-03-30. Diakses tanggal 4 Mei 2013. 
  4. ^ Ilham Bintang (1983). "Indonesian Film Festival, in Between: Hope and Burden". Dalam Muhammad Johan Tjasmadi. Indonesian Film Festival Information. Jakarta: Indonesian Film Festival. hlm. 342. 
  5. ^ Said, Salim (1982). Profil Dunia Film Indonesia (dalam bahasa Indonesian). Jakarta: Grafiti Pers. hlm. 43. OCLC 9507803. 
  6. ^ a b Totot Indrarto (31 Januari 2013). "Risalah 2012: Ganti Sistem Penjurian dan Rezim Juri FFI". filmindonesia.or.id (dalam bahasa Indonesian). Jakarta: Konfiden Foundation. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2013-03-30. Diakses tanggal 4 Mei 2013. 
  7. ^ Rosihan Anwar. Swear Ros: Catatan Harian Ketua Dewan Juri, Festival Film Indonesia, 1990 (dalam bahasa Indonesia). Jakarta: Indonesian Film Festival Committee. hlm. 77. OCLC 28334922. 
  8. ^ A. Junaidi (31 Maret 2004). "Film Festival to return with government help". The Jakarta Post. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2013-03-30. Diakses tanggal 30 Maret 2012. 
  9. ^ Kesalahan pengutipan: Tag <ref> tidak sah; tidak ditemukan teks untuk ref bernama Deddy Mizwar

From Wikipedia, the free encyclopedia · View on Wikipedia

Developed by Nelliwinne