Pengeboman Aljir | |||||||
---|---|---|---|---|---|---|---|
Pengeboman Aljir, 1823, oleh Martinus Schouman. | |||||||
| |||||||
Pihak terlibat | |||||||
Britania Raya Belanda | Aljir | ||||||
Tokoh dan pemimpin | |||||||
Lord Exmouth Theodorus Frederik van Capellen | Omar Agha | ||||||
Kekuatan | |||||||
27 kapal (5 ships of the line) |
Garnisun 8.000 pasukan, 30.000 pasukan ireguler di wilayah Aljir, ~1.000 meriam[1] Beberapa kapal fregat dan sekoci, ~90 kapal. | ||||||
Korban | |||||||
128 tewas, 690 terluka (Britania) 13 tewas, 52 terluka (Belanda)[2] |
Dilaporkan 500 – 7000 tewas 4 kapal fregat dan 5 corvette terbakar,[3] 33 kapal hancur[4][5] |
Pengeboman Aljir (27 Agustus 1816) adalah upaya yang dilancarkan oleh Britania Raya dan Belanda untuk mengakhiri praktik perbudakan yang dilakukan oleh Omar Agha, Dey Aljir. Armada gabungan Inggris-Belanda yang dipimpin oleh Laksamana Lord Exmouth mengebom kapal-kapal dan pertahanan pelabuhan Aljir.
Angkatan laut Amerika Serikat dan negara-negara Eropa lain juga pernah melancarkan ekspedisi untuk menghentikan aktivitas pembajakan di negara-negara Barbaria. Namun, tujuan utama ekspedisi Inggris-Belanda ini adalah untuk membebaskan budak-budak Kristen dan mengakhiri praktik pembudakan orang-orang Eropa. Ekspedisi ini cukup berhasil karena Dey Aljir membebaskan sekitar 3.000 budak setelah pengeboman ini dilakukan dan kemudian menandatangani perjanjian yang menentang pembudakan orang Eropa. Namun, praktik perbudakan baru benar-benar diakhiri pada masa penaklukan Aljazair oleh Prancis.