Penyimpanan energi termal (bahasa Inggris: thermal energy storage/TES) dicapai dengan teknologi yang sangat beragam. Bergantung pada teknologi spesifik, metode penyimpanan ini memungkinkan energi panas berlebih untuk disimpan dan digunakan berjam-jam, berhari-hari, atau berbulan-bulan kemudian, pada skala mulai dari proses individu, bangunan, kabupaten, kota, atau wilayah yang lebuh luas. Contoh penggunaannya adalah penyeimbangan permintaan energi antara siang dan malam hari, menyimpan panas saat musim panas sebagai sumber pemanasan saat musim dingin, atau dinginnya musim dingin sebagai pendingin udara saat musim panas (penyimpanan energi termal musiman). Media penyimpanan meliputi tangki air atau lumpur es, massa tanah asli atau batuan dasar yang dihubungkan dengan penukar panas melalui lubang bor, akuifer dalam yang terkandung di antara lapisan yang tidak tembus air, dengan lubang dangkal, berjajar diisi dengan kerikil dan air dan terisolasi di bagian atas, serta solusi eutektik dan material perubahan fase.[1][2]
Sumber energi panas lainnya untuk disimpan termasuk panas atau dingin yang dihasilkan dengan pompa panas dari puncak produksi tenaga listrik yang berbiaya rendah, suatu praktik yang disebut pencukuran puncak. Contohnya berupa panas dari pembangkit listrik panas gabungan (CHP), panas yang dihasilkan oleh energi listrik terbarukan yang melebihi permintaan jaringan, dan limbah panas dari proses industri. Penyimpanan panas, baik musiman maupun jangka pendek, dianggap sebagai sarana penting untuk menyeimbangkan porsi tinggi dari produksi energi terbarukan, integrasi sektor listrik, dan pemanas dalam sistem energi yang hampir atau sepenuhnya disuplai oleh energi terbarukan.[3][4][5]