Pertempuran Tarakan (1945) | |||||||
---|---|---|---|---|---|---|---|
Bagian dari Teater Pasifik pada Perang Dunia II | |||||||
Infanteri Australia bergerak maju melalui tangki penyimpanan minyak yang hancur di Tank Hill, Tarakan. | |||||||
| |||||||
Pihak terlibat | |||||||
Sekutu Australia Amerika Serikat Belanda | Jepang | ||||||
Tokoh dan pemimpin | |||||||
David Whitehead | Tadao Tokoi | ||||||
Kekuatan | |||||||
15.532 | 2.200 | ||||||
Korban | |||||||
251+ tewas, 669+ terluka |
1.540 tewas, 252 ditangkap sebelum tanggal 15 Agustus 1945 | ||||||
Sedikitnya 100 warga sipil tewas atau terluka[1] |
Pertempuran Tarakan adalah tahap pertama dalam kampanye Borneo tahun 1945. Dimulai dengan pendaratan amfibi oleh pasukan Sekutu pada tanggal 1 Mei, dengan nama sandi Operasi Oboe One; pasukan darat Sekutu sebagian besar berasal dari Brigade ke-26 Australia, tetapi juga melibatkan sejumlah kecil personel Hindia Belanda. Tujuan utama pendaratan ini adalah untuk merebut lapangan terbang di pulau tersebut. Meskipun pertempuran berakhir dengan keberhasilan bagi pasukan Sekutu atas pertahanan Jepang, kemenangan ini secara umum dianggap tidak sebanding dengan biaya yang dikeluarkan. Lapangan terbang tersebut rusak berat sehingga pada akhirnya tidak dapat diperbaiki pada waktunya untuk digunakan dalam fase-fase kampanye Sekutu di Kalimantan.