Perut buncit

Perut buncit
Pria berperut buncit dengan berat 146 kg dan tinggi 177 cm. Indeks massa tubuhnya 46.
Informasi umum
SpesialisasiEndokrinologi Sunting ini di Wikidata
Peringatan: Halaman yang menggunakan Templat:Infobox medical condition (new) dengan parameter yang tidak diketahui "ICD9" (pesan ini hanya ditampilkan dalam pratinjau).
Peringatan: Halaman yang menggunakan Templat:Infobox medical condition (new) dengan parameter yang tidak diketahui "Image" (pesan ini hanya ditampilkan dalam pratinjau).
Peringatan: Halaman yang menggunakan Templat:Infobox medical condition (new) dengan parameter yang tidak diketahui "ICD10" (pesan ini hanya ditampilkan dalam pratinjau).
Peringatan: Halaman yang menggunakan Templat:Infobox medical condition (new) dengan parameter yang tidak diketahui "Caption" (pesan ini hanya ditampilkan dalam pratinjau).
Peringatan: Halaman yang menggunakan Templat:Infobox medical condition (new) dengan parameter yang tidak diketahui "Name" (pesan ini hanya ditampilkan dalam pratinjau).
Obesitas sentral men

Perut buncit atau perut gendut, dikenal dengan nama klinis obesitas abdominal atau obesitas sentral, adalah kumpulan lemak abdominal berlebih yang terdapat di daerah abdomen. Obesitas abdominal berkaitan erat dengan penyakit kardiovaskular.[1] Obesitas abdominal tidak hanya ditemukan pada orang tua dan penderita kegemukan.[2] Selain itu, obesitas abdominal telah dikaitkan dengan penyakit Alzheimer serta penyakit metabolis dan vaskular lainnya.[3]

Lemak visceral, dikenal pula sebagai lemak pelapis organ tubuh atau lemak intra-abdominal, terletak di dalam rongga peritoneum yang berada di antara organ dalam dan torso, berbeda dengan lemak subkutaneus yang berada di bawah kulit dan lemak intramuskuler yang berada di sela-sela otot rangka. Lemak visceral tersusun atas beberapa depot adiposa, meliputi mesenteris, jaringan adiposa berepididimis putih, dan lemak perirenal. Lebih lanjut, lemak visceral, abdominal sentral, dan ukuran lingkar pinggang menunjukkan hubungan yang kuat dengan penyakit diabetes tipe 2.[4]

Para peneliti mulai fokus meneliti obesitas abdominal pada tahun 1980-an saat mereka menyadari bahwa obesitas tersebut memiliki kaitan penting dengan penyakit kardiovaskular, diabetes, dan dislipidemia. Obesitas abdominal berkaitan lebih erat dengan disfungsi metabolis penyebab penyakit kardiovaskular daripada obesitas biasa. Pada akhir tahun 1980-an dan awal 1990-an, ditemukan teknik pencitraan yang canggih sehingga membantu kemajuan pemahaman terhadap risiko kesehatan yang berhubungan dengan timbunan lemak tubuh. Teknologi tomografi terkomputerisasi dan pencitraan resonansi magnetis memungkinkan penggolongan massa jaringan adiposa yang berada di daerah abdomen menjadi lemak intra-abdominal dan lemak subkutaneus.[5]

  1. ^ Yusuf S., Hawken S., Ounpuu S., Dans T., Avezum A., Lanas F., McQueen M., Budaj A., Pais P., Varigos J., Lisheng L., Investigator INTERHEART Study. (2004). "Effect of Potentially Modifiable Risk Factors Associated with Myocardial Infarction in 52 Countries (The INTERHEART Study): Case-Control Study". Lancet. 364 (9438): 937–52. doi:10.1016/S0140-6736(04)17018-9. PMID 15364185. 
  2. ^ Carey D.G.P. (1998). Abdominal Obesity. Current Opinion in Lipidology. (hlm. 35-40). Vol. 9, No. 1. Diakses pada tanggal 9 April 2012.
  3. ^ Razay, George, "Obesity, Abdominal Obesity and Alzheimer's Disease", Dementia & Genetic Cognitive Disorders, Juli 2006
  4. ^ Visceral and Central Abdominal Fat and Anthropometry in Relation to Diabetes in Asian Indians
  5. ^ Poehlman, Eric T. (1998). "Abdominal Obesity: The Metabolic Multi-Risk Factor". 9 (8): 469–471. 

From Wikipedia, the free encyclopedia · View on Wikipedia

Developed by Nelliwinne