Sejarah Inggris

Wilayah yang kini bernama Inggris sudah dihuni sejak 800.000 tahun yang lalu, dengan ditemukannya perkakas batu dan jejak kaki di Happisburgh, Norfolk yang membuktikan hal tersebut.[1] Bukti paling awal mengenai manusia modern awal di Eropa Barat Laut, sebuah tulang rahang ditemukan di Devon tepatnya di Kents Cavern pada tahun 1927, diperkirakan ulang pada tahun 2011 sebagai berusia 41.000 hingga 44.000 tahun.[2] Penghunian berkelanjutan oleh manusia di Inggris bermula dari 13.000 tahun yang lalu (lihat Creswellian), pada akhir Periode Glasial Terakhir. Daerah ini memiliki banyak peninggalan dari era Mesolitikum, Neolitikum dan Zaman Perunggu, misalnya adalah Stonehenge dan Avebury. Pada Zaman Besi, seluruh Britania Raya di sebelah selatan Firth of Forth dihuni oleh salah satu bangsa Keltik yang dikenal sebagai Briton, serta beberapa suku-suku Belgik (misalnya Atrebates, Catuvellauni, Trinovantes, dsb.) di bagian tenggara. Pada tahun 43, penaklukan Britania Raya oleh Romawi telah dimulai; Bangsa Romawi menguasai provinsi Britannia mereka hingga awal abad ke-5.

Berakhirnya kekuasaan Romawi di Britania Raya digantikan dengan kolonisasi Britania Raya oleh Anglo-Saxon, yang oleh para sejarawan dianggap sebagai asal mula negara Inggris dan asal mula bangsa Inggris. Anglo-Saxon, sekumpulan yang terdiri dari beberapa suku-suku Jermanik, mendirikan berbagai kerajaan yang menjadi kekuatan utama di tempat yang kini bernama Inggris dan sebagian Skotlandia selatan.[3] Mereka memperkenalkan bahasa Inggris Kuno, yang sebagian besar menggantikan bahasa Britonik pendahulunya. Orang Anglo-Saxon berperang dengan negara-negara penerus bangsa Briton di Britania Raya barat dan di Hen Ogledd (Old North; bagian dari Britania Raya utara yang menuturkan bahasa Britonik), serta melawan satu sama lain. Penjarahan oleh Viking menjadi marak setelah tahun 800, dan bangsa Nordik mendirikan koloni di banyak bagian di tempat yang kini bernama Inggris. Selama periode ini, beberapa penguasa berupaya menyatukan berbagai kerajaan-kerajaan Anglo-Saxon, upaya yang berbuah dengan berdirinya Kerajaan Inggris pada abad ke-10.

Pada tahun 1066, sebuah ekspedisi bangsa Norman melancarkan serangan dan menaklukkan Inggris. Dinasti Norman, didirikan oleh William sang Penakluk, berkuasa di Inggris selama lebih dari setengah abad sebelum periode krisis suksesi yang dikenal sebagai The Anarchy (1135–1154). Pasca The Anarchy, Inggris jatuh ke tangan Wangsa Plantagenet, sebuah dinasti yang kemudian mewarisi klaim atas Kerajaan Prancis. Selama periode ini, Magna Carta ditandatangani dan Parlemen dibentuk. Anti-Semitisme mencapai puncaknya, dan pada tahun 1290, Inggris menjadi negara pertama yang secara permanen mengusir etnis Yahudi.[4][5]:44–45[6]:1[7] Sebuah krisis suksesi di Prancis memicu Perang Seratus Tahun (1337–1453), serangkaian konflik yang melibatkan rakyat di dua negara tersebut. Pasca Perang Seratus Tahun, Inggris terlibat dalam perang suksesi sendiri antara keturunan dari lima putra Edward III. Perang Mawar pecah pada tahun 1455 dan melibatkan keturunan-keturunan dari putra kedua (melalui garis perempuan) Lionel dari Antwerp yang dikenal sebagai Wangsa York melawan Wangsa Lancaster yang merupakan keturunan dari putra ketiga John dari Gaunt dan putranya Henry IV, yang disebutkan kedua telah menggulingkan sepupunya Richard II (satu-satunya putra dari putra sulung Edward III, Edward, Pangeran Hitam, yang masih hidup) pada tahun 1399. Pada tahun 1485, perang berakhir ketika Henry Tudor dari Wangsa Lancaster menjadi pemenang dalam Pertempuran Bosworth Field dan menikah dengan keturunan perempuan senior Wangsa York, Elizabeth dari York, sehingga dua wangsa tersebut bersatu.

Di bawah Wangsa Tudor dan kemudian dinasti Stuart, Inggris menjadi sebuah kekuatan kolonial. Selama pemerintahan dinasti Stuart, Perang Saudara Inggris terjadi antara kaum Parliamentarian dan Royalis, yang menyebabkan dieksekusinya Raja Charles I (1649) dan didirikannya serangkaian pemerintahan republikan—pertama, sebuah republik Parlementer yang dikenal sebagai Persemakmuran Inggris (1649–1653), kemudian sebuah kediktatoran militer di bawah Oliver Cromwell yang dikenal sebagai The Protectorate (1653–1659). Dinasti Stuart kembali ke takhta pada tahun 1660, meskipun masih ada masalah mengenai agama dan kekuasaan yang mengakibatkan diturunkannya raja Stuart lain, James II, dalam Revolusi Agung (1688). Inggris, yang telah menguasai Wales pada abad ke-16 dj bawah Henry VIII, bersatu dengan Skotlandia pada tahun 1707 untuk membentuk sebuah negara baru bernama Britania Raya.[8][9][10] Pasca Revolusi Industri, yang dimulai di Inggris, Britania Raya memerintah sebuah Imperium kolonial, imperium terbesar dalam sejarah tertulis. Pasca proses dekolonisasi pada abad ke-20, terutama disebabkan oleh melemahnya kekuatan Britania Raya dalam dua Perang Dunia; hampir seluruh wilayah seberang laut milik imperium ini berubah menjadi negara merdeka.

  1. ^ Sample, Ian (7 July 2010). "First humans arrived in Britain 250,000 years earlier than thought". The Guardian. Diakses tanggal 29 January 2014 ; Wade, Nicholas (7 July 2010). "Clues of Britain's First Humans". The New York Times. Diarsipkan dari versi asliAkses gratis dibatasi (uji coba), biasanya perlu berlangganan tanggal 2022-01-02. Diakses tanggal 22 December 2011  ; "Earliest footprints outside Africa discovered in Norfolk". (2014). BBC News. Retrieved 7 February 2014.
  2. ^ "Jawbone Is Earliest Evidence Of Modern Humans In NW Europe". 2 November 2011. Diakses tanggal 17 August 2021. 
  3. ^ The Anglo-Saxons, BBC – History
  4. ^ Roth 1964, hlm. 90.
  5. ^ Richmond, Colin (1992). "Englishness and Medieval Anglo-Jewry". Dalam Kushner, Tony. The Jewish Heritage in British History. Frank Cass. hlm. 42–59. ISBN 0-7146-3464-6. 
  6. ^ Skinner, Patricia (2003). "Introduction". Dalam Skinner, Patricia. Jews in Medieval Britain. Woodbridge: Boydell Press. hlm. 1–11. ISBN 0851159311. 
  7. ^ Huscroft 2006, hlm. 12.
  8. ^ Uniting the kingdom? nationalarchives.gov.uk, accessed 2 July 2011
  9. ^ The Union of the Parliaments 1707 Diarsipkan 2 January 2012 di Wayback Machine. Learning and Teaching Scotland, accessed 2 July 2011
  10. ^ Union with England Act 1707, Article II

From Wikipedia, the free encyclopedia · View on Wikipedia

Developed by Nelliwinne