Selim I سليم اول | |||||
---|---|---|---|---|---|
Khalifah | |||||
Berkuasa | 1517 – 22 September 1520 | ||||
Pendahulu | Muhammad Al-Mutawakkil | ||||
Penerus | Süleyman I | ||||
Sultan Utsmaniyah Ke-9 | |||||
Berkuasa | 24 April 1512 – 22 September 1520 | ||||
Pendahulu | Bayezid II | ||||
Penerus | Süleyman I | ||||
Kelahiran | 1470/1[1] Amasya, Kesultanan Utsmaniyah | ||||
Kematian | 22 September 1520 (usia 48–50) Çorlu, Kesultanan Utsmaniyah | ||||
Pemakaman | |||||
Pasangan |
| ||||
| |||||
Wangsa | Utsmani | ||||
Ayah | Bayezid II | ||||
Ibu | Ayşe Gülbahar Hatun | ||||
Tughra |
Selim I (Bahasa Turki Utsmaniyah: سليم اول, Bahasa Turki: Birinci Selim; 1470/1 – September 1520) adalah penguasa Utsmani kesembilan dan berkuasa pada tahun 1512 sampai 1520.[1] Watak dan kepribadiannya yang keras menjadikannya mendapat julukan Yavuz Sultan Selim (Yavuz sendiri dapat dimaknai dengan "keras", "teguh", atau "tegas").
Di masa kekuasaannya yang terbilang singkat, Utsmani mengalami dua peristiwa besar yang sangat memengaruhi keberjalanan keadaan Timur Tengah pada masa-masa selanjutnya. Kemenangan Utsmani dalam Pertempuran Chaldiran membendung laju perkembangan Syiah yang bangkit seiring menguatnya Wangsa Safawiyah di kawasan Iran dan sekitarnya. Penaklukannya atas Kesultanan Mamluk menjadikan wilayah Utsmani meluas secara dramatis lantaran kawasan Syam, Mesir, dan Hijaz menjadi dalam kekuasaan Utsmani. Jatuhnya Mamluk menjadikan kepemimpinan kota Makkah dan Madinah yang berada di wilayah Hijaz beralih ke tangan Utsmani, sehingga Selim kemudian menyandang gelar Ḫādimü'l-Ḥaremeyn (خادم الحرمين الشريفين) atau "Pelayan Dua Tanah Haram" dan gelar ini diturunkan kepada para penerusnya. Seiring keruntuhan Mamluk juga diikuti penyerahan kedudukan khalifah oleh Al Mutawakkil kepada Selim, menjadikan Selim sebagai khalifah pertama dari Wangsa Utsmani dan non-Arab, meski beberapa Sultan Utsmani sebelumnya telah mengklaim gelar tersebut.