Steampunk adalah subgenre fiksi ilmiah yang menggabungkan teknologi retrofuturistik dan estetika yang terinspirasi oleh mesin uap industrial abad ke-19.[1][2][3] Karya-karya Steampunk sering kali berlatar sejarah alternatif era Victoria atau "Wild West" Amerika, dengan tetap menampilkan masyarakat yang memanfaatkan mesin-mesin bertenaga uap, atau di dunia fantasi yang juga menggunakan tenaga uap.
Steampunk menampilkan teknologi anakronistik atau penemuan retrofuturistik yang kerap dibayangkan oleh orang-orang di abad ke-19 (ini membedakannya dari Neo-Victorianisme[4]). Steampunk juga berakar pada perspektif tentang mode, budaya, gaya arsitektur, dan seni.[5] Teknologi dalam steampunk bisa berupa mesin fiktif seperti yang ditemukan dalam karya H. G. Wells dan Jules Verne.[6] Steampunk juga terkadang menampilkan sejarah alternatif dari berbagai teknologi seperti meriam uap, kapal udara yang lebih ringan dari udara, komputer analog, atau komputer mekanik digital seperti Mesin Analitik ciptaan Charles Babbage.[7][8]
Steampunk has been around for at least 30 years, with roots going back further. An early example is K. W. Jeter's 1979 novel Morlock Night, a sequel to H.G. Wells' The Time Machine in which the Morlocks travel back in time to invade 1890s London. Steampunk — Jeter coined the name — was already an established subgenre by 1990, when William Gibson and Bruce Sterling introduced a wider audience to it in The Difference Engine, a novel set in a Victorian England running Babbage's hardware and ruled by Lord Byron, who had escaped death in Greece. ...