Talawang adalah tameng atau perisai Suku Dayak yang terbuat dari kayu ulin atau kayu besi.[1] Talawang berbentuk persegi panjang yang dibuat runcing pada bagian atas dan bawahnya. Panjang talawang sekitar 1 sampai dengan 2 meter dengan lebar maksimal 50 centimeter.[1] Sisi luar talawang dihias dengan ukiran yang mencirikan kebudayaan Dayak, sementara bagian dalamnya diberi pegangan.[1]
Keseluruhan bidang depan talawang biasanya diukir berbentuk topeng (hudo).[2] Konon, ukiran pada talawang memiliki daya magis yang mampu membangkitkan semangat hingga menjadikan kuat orang yang menyandangnya.[1] Ukiran talawang pada umumnya bermotifkan burung Tinggang, yaitu burung yang dianggap suci oleh Suku Dayak.[1] Selain motif burung tinggang, motif lain yang sering digunakan adalah ukiran kamang. Kamang merupakan perwujudan dari roh leluhur Suku Dayak.[1] Motif kamang digambarkan dengan seseorang yang sedang duduk menggunakan cawat dan wajahnya berwarna merah. Walaupun setiap sub-Suku Dayak mengenal kebudayaan mandau dan talawang, ternyata penggunaan warna dan motif ukiran pada talawang berbeda-beda.[1] Motif ukiran pada talawang ini juga yang kemudian banyak dijumpai sebagai desain interior rumah serta bagian-bagian arsitektural dari kriya seni ukir Dayak [3]
Pada awalnya talawang lebih difungsikan sebagai pelengkap alat pertahanan diri ketika berperang, namun kemudian dalam perkembangan zaman talawang juga digunakan sebagai pelengkap dalam tari-tarian.[3] Seperti dalam Tari Nganjat dan Tari Mandau Talawang.[4]