Sunda Megathrust | |
---|---|
Etimologi | Lempeng Sunda |
Negara | Indonesia dan India |
Wilayah | Kepulauan Andaman, Sumatra, Jawa, Bali, Nusa Tenggara Barat |
Karakteristik | |
Segmen | Andaman-Sumatra-Mentawai-Jawa Barat-Jawa Timur-Bali |
Panjang | 5.500 km |
Pergeseran | 60 mm (2,4 in)/tahun |
Tektonika lempeng | |
Lempeng | Lempeng Indo-Australia, Lempeng Sunda, Lempeng Burma |
Status | Aktif |
Gempa bumi | Gempa bumi Samudra Hindia 2004 (M9.1) Gempa bumi Sumatra 2005 (M8.6) Gempa bumi Sumatra September 2007 (M8.4) Gempa bumi Jawa Timur 1994 (M7.8) Gempa bumi Jawa 2006 (M7.7) |
Jenis | Thrust |
Zona subduksi Sunda (bahasa Inggris: "Sunda Megathrust") adalah patahan aktif besar yang memiliki luasan sekitar 5.500 km dari Myanmar di utara, menuju ke barat daya wilayah Sumatra, dan berlanjut ke selatan Jawa dan Bali sebelum berakhir dekat Australia di Pulau Sumba.[1] Zona subduksi ini adalah salah satu megathrust yang berada di batas lempeng konvergen dimana merupakan zona pertemuan antara Lempeng Indo-Australia yang menunjam kebawah Lempeng Eurasia dan Lempeng Sunda.
Zona ini adalah salah satu struktur yang paling aktif di bumi, dan bertanggung jawab atas banyaknya gempa bumi besar di wilayah Andaman, Sumatra, dan Jawa, termasuk gempa bumi dan tsunami Samudra Hindia 2004 yang membunuh lebih dari 230.000 jiwa. Zona ini dibagi menjadi Andaman Megathrust, Sumatra Megathrust, dan Jawa Megathrust. Segmen Bali-Sumbawa kurang aktif sehingga tidak ada istilah "megathrust" yang terkait dengannya.
Zona subduksi Selat Sunda terbentuk oleh subduksi miring Lempeng Indo-Australia ke bawah Lempeng Sunda dengan laju 61 mm/tahun (di selatan) dan 51 mm/tahun (di utara). Kerak samudra yang disubduksi melalui margin akresi ini memiliki umur dan struktur yang bervariasi (40 hingga 100 Ma) di sepanjang palung Sumatra–Jawa.[2] Lempeng Indo-Australia menunjam ke bawah Lempeng Sunda di sepanjang Palung Sumatra dan Palung Jawa, dimana peristiwa tersebut sering menimbulkan gempa bumi dan tsunami.
Zona subduksi Selat Sunda di dekat bagian barat laut dan barat Sumatra didefinisikan sebagai wilayah bahaya tinggi, di mana gempa bumi berkekuatan 6,0 dan 7,0 Mw sering terjadi, yaitu setiap 6–12 dan 10–30 tahun.