Karna | |
---|---|
Information | |
Jantina | Lelaki |
Pangkat | Raja Anga |
Anak | Vrishasena, Sushena, Vrishaketu |
Saudara | |
Senjata | busur dan anak panah |
Karna (Sanskrit: कर्ण, IAST: Karṇa),juga dikenali sebagai Vasusena, Anga-raja, dan Radheya,[2] adalah salah satu protagonis utama dalam epik HinduMahabharata.[3].Dia menjadi pendukung utama pihak Korawa dalam Perang Kurukshetra melawan Pandawa.Dia adalah anak dewa matahari Surya dan putri Kunti (ibu dari Pandawa), dan dengan demikian merupakan seorang setengah dewa dari kelahiran bangsawan.Karna adalah abang tertua di antara tiga dari lima Pandawa: Yudistira, Bhima dan Arjuna. Dalam bahagian akhir perang Kurukshetra tersebut, Karna diangkat sebagai panglima pihak Korawa, dan akhirnya gugur di tangan Arjuna.
Dalam Mahabharata diceritakan bahawa Karna menghormati nilai-nilai kesatria. Walaupun angkuh, dia juga seorang dermawan yang murah hati, terutama kepada fakir miskin dan kaum brahmana.
Mahabharata bagian pertama atau Adiparwa mengisahkan seorang putri bernama Kunti yang pada suatu hari ditugasi menjamu seorang pendeta tamu ayahnya, yaitu ResiDurwasa. Atas jamuan itu, Durwasa merasa senang dan menganugerahi Kunti sebuah ilmu kesaktian bernama Adityahredaya, semacam mantra untuk memanggil dewa.Pada suatu hari, setelah melakukan puja di pagi hari, Kunti mencoba mantra tersebut. Dia berkonsentrasi kepada Dewa Surya, dan sebagai hasilnya, sang dewa matahari muncul untuk memberinya seorang putra, sesuai dengan kekuatan mantra yang diucapkan Kunti.Kunti menolak karena sebenarnya ia hanya ingin menguji kekuatan Adityahredaya. Surya dengan tegas menyatakan bahwa Adityahredaya bukanlah hal yang bisa dianggap main-main. Sebagai hasilnya, Kunti pun mengandung.
Karna lahir secara rahasia kepada Kunti yang belum menikah di usianya yang remaja, dan karena takut akan kemarahan dan reaksi negatif dari masyarakat atas kehamilan sebelum menikahnya, Kunti terpaksa meninggalkan Karna yang baru lahir terapung-apung dalam sebuah keranjang di Sungai Ganges.
Bayi itu kemudian terbawa arus sampai akhirnya ditemukan oleh Adirata, yang bekerja sebagai kusir kereta di Kerajaan Kuru. Adirata dengan gembira menjadikan bayi tersebut sebagai anaknya.
Karna membesar menjadi seorang pejuang yang ulung dengan kemampuan luar biasa, seorang pembicara berbakat, dan menjadi teman setia Duryodana.[3][4].Dia diangkat menjadi raja Anga (Bihar-Bengal) oleh Duryodhana. Karna bergabung dengan pihak Duryodhana dalam Perang Kurukshetra. Dia adalah seorang pejuang utama yang berusaha membunuh Pandava ketiga, Arjuna, tetapi tewas dalam pertempuran dengannya.
Dia bertemu dengan ibu kandungnya di akhir epik, dan kemudian menemukan bahwa dia adalah abang tiri dari pihak ibu kepada mereka yang sedang dia lawan.Karna adalah simbol seseorang yang ditolak oleh mereka yang seharusnya mencintainya, tetapi tidak karena keadaan yang ada, namun dia menjadi seorang dengan kemampuan luar biasa yang rela memberikan cintanya dan hidupnya sebagai teman setia. Karakternya dikembangkan dalam epik ini untuk mengangkat dan membahas dilema emosional dan dharma (kewajiban, etika, moral) yang utama.
Kisahnya telah menginspirasi banyak karya sekunder, puisi, dan drama dalam tradisi seni Hindu, baik di India maupun di Asia Tenggara.[5][6][7]