Kesultanan Kutai Kertanegara ing Martapura كسلطانن كوتاي كرتانݢارا ايڠ مرتاڤورا | |||||||||||
---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|
709–1938 | |||||||||||
| |||||||||||
Ibu negara | Kutai Lama (1300-1732)Pemarangan (1732-1782)Tenggarong (1782-kini) | ||||||||||
Bahasa yang umum digunakan | Kutai | ||||||||||
Agama | Islam (rasmi)KaharinganAnimisme | ||||||||||
Demonim | Urang Kutai | ||||||||||
Kerajaan | Raja berperlembagaan | ||||||||||
Sultan | |||||||||||
• 1300-1325 | Raja Aji Batara Agung Dewa Sakti | ||||||||||
• 1845-1899 | Sultan Aji Muhammad Sulaiman | ||||||||||
• 1920-1981 (1960 status diturunkan) | Sultan Aji Muhammad Parikesit | ||||||||||
• 1999-2018 | Sultan Aji Muhammad Salehuddin II | ||||||||||
• 2018-kini | Sultan Aji Muhammad Arifin | ||||||||||
Sejarah | |||||||||||
• Pendirian | 709 | ||||||||||
• Bergabung dengan Indonesia | 1950 1938 | ||||||||||
|
Kesultanan Kutai Kertanegara ing Martapura alias Kesultanan Kutai Kartanegara ing Martadipura, atau umumnya disebut Kesultanan Kutai, adalah sebuah kerajaan di bahagian timur Pulau Kalimantan yang bermula dari kerajaan Hindu yang berdiri pada tahun 1300 di Kutai Lama dan kemudian berubah menjadi kerajaan Islam di tahun 1575, sampai pemerintahannya secara politik dan administratif berakhir pada tahun 1960. Kerajaan ini berawal di Jaitan Layar dan kemudian berpusat di Tepian Batu. Dengan alasan kestabilan dan pertahanan, pusat kerajaan kemudian berpindah ke Pemarangan, dan terakhir di Tepian Pandan. Pada tahun 1635, Kerajaan Kutai Kertanegara berhasil memenangkan perang melawan Kerajaan Kutai Martapura. Atas kemenangan tersebut, wilayah Kerajaan Kutai Kertanegara bertambah luas melalui pengilhakan terhadap Kerajaan Martapura, dan nama Kerajaan Kutai pun diubah menjadi Kerajaan Kutai Kertanegara ing Martapura (yang pada masa selanjutnya disebut pula sebagai Kutai Kartanegara ing Martadipura).[1]
Setelah Kesultanan Kutai digabungkan dengan Republik Indonesia sampai dihapuskan oleh Daerah Istimewa Tingkat II Kutai pada tahun 1960. Kesultanan Kutai secara rasmi dihidupkan lagi oleh Pemerintah Kabupaten Kutai Kartanegara pada tahun 1999 sebagai usaha pelestarian adat dan budaya Kutai keraton,[2] ditandai dengan penobatan sang pewaris takhta yang dilangsungkan dua tahun kemudian, yaitu ditabalkannya Putra Mahkota Aji Pangeran Prabu Anum Surya Adiningrat menjadi Sultan Kutai Kartanegara ing Martadipura ke-20 bergelar Sultan Aji Muhammad Salehuddin II, pada tanggal 22 September 2001.
|fisrt=
ignored (bantuan)